Dalam
acara Milad Muhammadiyah ke-101 M/104 H di Kabupaten Jember pada hari Ahad 24
November 2013, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur memberikan
tausiyah dihadapan ribuan warga Muhammadiyah Jember di halaman SMA Muhammadiyah
3 Jember, seperti dikutip dari Majalah Istismar (Edisi 36/Januari 2014 M).
Dalam pengarahannya Ketua PWM Jawa Timur
Prof. Dr. Thohir Luth, MA menegaskan bahwa seluruh warga Muhammadiyah perlu
untuk mengokohkan kembali komitmen dalam ber-Muhammadiyah. Sebab, menurutnya
Muhammadiyah adalah organisasi legal, organisasi yang memiliki badan hukum dan
tercatat dalam Lembaran Negara.
“Saya berharap seluruh warga Muhammadiyah
tidak ragu-ragu mengambil peran strategis dalam ber-amar ma’ruf dan ber-nahi
munkar di tengah masyarakat. Tidak perlu khawatir, Muhammadiyah bukan
organisasi terlarang dan juga bukan organisasi liar, jadi sudah seharusnya
seluruh warga Muhammadiyah mengambil peran lebih dalam berinteraksi sosial di
tengah masyarakat,” tegasnya.
Bukti bahwa Muhammadiyah bukan organisasi
terlarang, dengan jelas bisa kita saksikan bahwa satu-satunya pasangan
suami-istri yang sama-sama dikukuhkan oleh negara sebagai Pahlawan Nasional
adalah pasangan pendiri Muhammadiyah, yakni KH. Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah
A. Dahlan.
Memang, kata Ketua PWM Jatim ini, dalam
realitas di masyarakat terutama di lingkungan pemerintahan, kader Muhammadiyah
sering diperlakukan secara tidak adil dan terkesan diskriminatif. Namun hal itu,
kata Prof. Thohir Luth, tidak harus menjadi kendala, tapi justru harus menjadi
motivasi bagi seluruh kader persyarikatan untuk lebih meningkatkan peran dan
pengabdian warga Muhammadiyah pada masyarakat dan bangsa.
Tingkatkan Militansi
Lebih jauh dalam pidato Miladnya, Prof.
Thohir Luth menegaskan bahwa, di usianya yang lebih 1 abad, kendala dan
tantangan bagi perjuangan Muhammadiyah tentunya tidak semakin ringan. Sekarang
ini, menurutnya banyak bermunculan aliran-aliran baru, disamping juga
parta-partai baru, yang memanfaatkan kemampuan SDM (sumber daya manusia)
Muhammadiyah, disamping juga memanfaatkan sarana-prasarana milik Muhammadiyah.
“Dalam
prakteknya, mereka justru menohok Muhammadiyah dari dalam, melalui kader-kader
Muhamamdiyah sendiri. Dan realitasnya, sudah banyak amal usaha milik
Muhammadiyah yang berpindah tangan menjadi aset aliran-aliran baru ataupun aset
partai-partai baru,” jelasnya.
Pada
kesempatan itu Prof. Thohir Luth mengajak seluruh warga Muhammadiyah untuk
terus melipat-gandakan militansinya dalam ber-Muhammadiyah. “Orang boleh silih
berganti, datang dan pergi. Namun kita harus meningkatkan komitmen, bahwa Sekali Ber-Muhammadiyah Tetap Muhammadiyah,
bahkan kalau perlu sampai yaumul qiyamah,” tegasnya. Langkah yang bisa
ditempuh, kata Ketua PWM Jatim, warga Muhammadiyah sudah seharusnya melakukan
gerakan-gerakan menjadikan dirinya sebagai mujahid-mujahid
Muhammadiyah, dengan menggelorakan kembali slogan, ‘Itskariman aumut syahidan’ yakni pilihan untuk ‘hidup mulia atau
mati syahid.’
Sampai
kapanpun, mujahid-mujahid Muhammadiyah akan terus bermunculan dari masa ke
masa. Satu bukti, kata Prof. Thohir Luth, hingga saat ini berbagai amal usaha
Muhammadiyah baik di pendidikan, kesehatan atau amal sosial lainnya terus
bermunculan. “Demikian halnya dengan para kader yang mengelola amal usaha-amal
usaha Muhamamdiyah di seluruh penjuru tanah air. Banyak diantara mereka yang
rela bekerja keras tanpa berharap untuk digaji. Masih banyak kader kita yang
menginfakkan dirinya hanya untuk mengharap ridho Allah dan untuk meraih amal
jariyah,” jelasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar