Jumat, 28 November 2014

Keluargaku : "al-Madrasatul Ula"

Mari kita simak dengan seksama firman Allah SWT dalam QS. at-Tahrim [66] : 6, “.... jagalah dirimu dan keluargamu dari siksaan neraka”, yang disitu Allahpun mengenalkan sebuah perintah yang mengisyaratkan “kewajiban” bagi diri kita untuk melakukan proses “pendidikan” keluarga tanpa batas.
Untuk memahami betapa pedulinya orangtua terhadap nasib anak-anaknya, bisa kita simak -misalnya- firman Allah: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan swah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali-Imran [3] : 14), dan juga (dalam firman Allah SWT yang lain) : “Harta dan anak-anak merupakan perhiasan kehidupan dunia.” (QS. al-Kahfi [18] : 46).

Al-Qur’an -secara tegas- mengingatkan kepada para orangtua untuk berhati-hati dan cermat dalam memilih pola asuh dan menyelenggarakan pendidikan keluarga, seperti yang termaktub dalam QS. Luqman [31] : 12-19, yang oleh para mufassir dijelaskan dengan runtut:
Yang pertama, ‘tidak boleh tidak’ (tak ada tawar menawar, dan merupakan harga mati) ada sesuatu yang ‘harus’ dilakukan oleh setiap orangtua sebelum melakukan aktivitas pendidikan bagi anak-anaknya yaitu: “mendidik dirinya, dengan membenahi karakter diri sendiri (menyiapkan diri sebagai orangtua yang akan berperan sebagai pendidik). Yang arti pentingnya dijelaskan dalam QS. Luqman [31] : 12, “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu: bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.
Yang kedua, menyelenggarakan pendidikan keluarga yang berwawasan tauhid kepada anak, yang utamanya dilaksanakan dalam bentuk “taushiyah” (nasihat). Sebagaimana firman Allah dalam QS. Luqman [31] : 13, “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah kedzaliman yang besar”. Dan juga QS. Luqman [31] : 16, “(Luqman berkata) : Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) sebiji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.
Yang ketiga, melakukan pembinaan akidah-akhlak melalui proses transformasi nilai dan budaya (ta’dib), sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. Luqman [31] : 14-15, “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang ibu-bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutlah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian  hanya kepada-Ku lah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” Dan juga pada QS. Luqman [31] : 18-19, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
Yang keempat, melakukan pembinaan jiwa sosial anak, yang utamanya melalui proses ta’lim dan tarbiyyah (transformasi keilmuan dan pembiasaan). Sebagaimana yang -antara lain- dinyatakan oleh Allah SWT dalam firman-Nya : “(Luqman berkata) : “hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS. Luqman [31] : 16-17).

Dari paparan beberapa ayat yang merupakan pelajaran yang berharga dari kisah teladan “Luqman al-Hakim”, kita bisa memahami bahwa pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama. [islamaktual/sm/muhsinhariyanto]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar